Sabtu, 23 Juli 2011

FF “Please, Forgive Me” *part 2*

---o0o---

Setelah mandi air hangat tubuhku sedikit lebih fresh, kuharap Junsu sudah pulang sekarang. Aku menuju ke dapur untuk membuat sarapan untukku, saat melewati kamarku, kulihat Junsu tergeletak di lantai, ”Junsu~!!”

---o0o---

Aku menaruh kompresan di dahi Junsu. Wajahnya pucat, sepertinya ia tidak tidur semalaman karena menjagaku, ”Bodoh sekali kau ini. Seharusnya kau pulang saja, jika seperti ini kau sakit kan? Dasar bodoh,” Gumamku. Tiba-tiba ia membuka matanya, ”Kau menghawatirkanku?” Tanyanya. Aku mendengus kesal dan beranjak, tapi Junsu menahan tanganku, ”Aku kedinginan, Hyun. Bisakah kau memelukku sebentar?” Tanyanya. Aku segera menyentakkan tangannya dan berjalan keluar kamar.

”Hyun, kumohon maafkan aku,” Katanya. Aku menoleh, ”Memafkanmu katamu? Jika saja dulu kau tak menghilang, aku akan memaafkanmu meskipun aku diusir oleh orangtuaku maupun dikucilkan orang-orang. Tapi kau? Ah, sudahlah. Semua sudah terjadi,” Kataku. ”Oh iya, kau cepatlah pulang. Aku tak mau seharian melihat wajahmu,” Kataku. Aku tak peduli lagi dengannya.

---o0o---

TOK TOK TOK!!

Kudengar pintu rumahku diketuk. Aku melirik jam dinding, sudah jam 12 lebih 20 menit. Siapa yang bertamu tengah malam seperti ini?

Aku segera membenarkan piamaku dan bergegas membukakan pintu. Ya tuhan! Junsu datang lagi? kali ini dengan keadaan mabuk.

Aku tak segera mempersilahkannya masuk, ”Mengapa kau datang tengah malam seperti ini? Kau juga mabuk,” Kataku. Junsu terhuyung jatuh ke arahku, aku segera menahannya dan membantunya masuk ke dalam rumah. Kududukkan dia di sofa depan televisi.

Tiba-tiba ia meracau, ”Hey kau, tak ada yang mau menikah denganmu selain aku. Kau kan sudah tak punya kehormatan lagi sebagai wanita, makanya, maafkan aku. Kan hanya aku yang mau menikahi gadis sepertimu..” Plak! Aku menamparnya. Mataku berkaca-kaca, ”Bicara apa kau? Kau cepat keluar!!” Bentakku, aku hendak berdiri ketika tangannya menarikku dan dengan cepat menciumku secara paksa, aku segera mendorongnya kuat-kuat dan berlari ke dalam kamar. Aku menangis. Bisa-bisanya Junsu melakukan ini padaku.

---o0o---

Aku bangun pagi sekali, aku tak bisa tidur karena terus-terusan menangis karena kelakuan pria itu. Saat membuka pintu kamarku, Junsu sudah berada di hadapanku.

Aku mendengus kesal, ”Mau apa lagi? belum cukup semalam kau menyakitiku?” Kataku sinis. Ia menatapku dengan tatapan penuh tanya, ”Aku berbuat apa semalam? Apa aku menyakitimu?” Tanyanya. Aku hanya memutar-mutar bola mataku, ”Kau kan bodoh, tak berperasaan, mkanya kau tak menyadari kelakuanmu yang seperti binatang semalam,” Kataku. Junsu terhenyak, ”Apapun yang kulakukan semalam, aku sungguh minta maaf, Hyun.” Katanya memohon.

Aku berdecak, ”Sudah berapakali kau meminta maaf padaku? Sudah, cepatlah pulang. Dan ingat, jangan kembali lagi ke sini. Aku tak mau melihatmu lagi.” Kataku. Aku segera menutup lagi pintu kamarku.

---o0o---

Setelah memastikan bahwa Junsu sudah pulang, aku segera keluar dan mandi. Setelah mandi aku berencana untuk membeli beberapa keperluan mandi dan keperluan lainnya selama di supermarket di depan komplek. Saat sedang mencari shampo tiba-tiba ada yang menaruh shampo di troli belanjaanku, ”Shampo ini yang kau cari, nona?” Kata orang itu. Aku mendengus kesal, mengapa Junsu selalu berada dimana saja sih? Mengapa dia juga masih ingat shampo yang selalu kupakai? Dia mata-mata atau apa sih?

Aku mengambil shampo yang diletakkan Junsu di keranjang belanjaanku dan menaruh di tempat asalnya dan mengambil shampo yang ada di sebelahnya-shampo bermerk sama. Ia berjalan di sampingku, ”Setelah ini mau beli apa lagi? apa kau tak ingin membeli es krim? Kau kan sangat suka dengan makanan satu itu. ayo kita mencari es krim cookies n’ cream!” Katanya sambil mendorong troli belanjaku dan menarik tanganku menuju frezer-frezer besar dan mengambil dua kotak besar es krim cookies n’ cream. Selama dua tahun ini Junsu masih mengingat semua? Masih mengingatku? Jelas saja dia mengingatku, aku pernah dihamilinya, dan dia tak bertanggung jawab. Huh. Aku mendengus kesal. Aku mengambil dua kotak es krim yang ada di troli dan menaruhnya lagi di tempat semula.

Junsu menatapku frustasi, ”Mengapa dikembalikan? Kau kan suka sekali es krim itu,” Katanya. Aku melengos saja sambil mendorong troli belanjaku menuju bagian parfum. Junsu mengekor di belakangku. ”Kau mencari parfum, nona? Kau masih memakai parfum ini?” Kata Junsu sambil menyodorkanku sebotol parfum yang biasa kupakai, tapi aku mengelak, ”Sebenarnya aku tak suka parfum ini, karena dulu kau suka jika aku pakai parfum ini, makanya dulu aku pakai ini. Tapi sekarang aku suka yang ini,” Kataku datar sambil mengambil parfum lain. Kuharap dengan bersikap seperti ini Junsu akan putus asa dan tidak menggangguku lagi.

Setelah membayar semua belanjaanku di kasir, aku segera menuju kedai es krim yang ada di ujung supermarket. Belanjaanku banyak sekali, aku kewalahan mengangkatnya. ”Perempuan mana boleh membawa barang sebegini banyaknya, sini kubantu,” Kata Junsu sembari merebut semua barang yang yang hendak kuangkat. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa. Orang ini gigih sekali. Aku segera menarik lengannya menuju tempat parkir. ”Kau kuantar pulang saja ya? Mobilku di sana,” Katanya sambil berjalan menuju tempat dimana mobilnya diparkir. ”Junsu, dengarkan aku!” Kataku setelah sampai di depan mobilnya. ”Sebentar, kumasukkan dulu belanjaan ini ke bagasi. Kau tunggu sebentar,” Katanya. Aku mendengus, ”Dengarkan aku dulu!” Bentakku. Untung saja di lapangan parkir ini sepi. Ia menaruh belanjaanku di jok belakang—bukan bagasi, lalu mendekatiku, ”Apa yang mau kau katakan?” Tanyanya lembut. Aku menatapnya sinis, ”Untuk apa kau lakukan semua ini? Aku tak butuh kau. Sudahlah jangan mengusikku lagi,” Kataku.

Ia menatapku lembut, ”Tapi aku yang membutuhkanmu, semenjak orangtuaku meninggal karena kecelakaan 3 bulan lalu. Aku segera mencarimu, karena sekarang tak ada yang tidak merestui kita. Sungguh sekarang aku ingin menjadi ayah dari anak kita. Ayolah, maafkan aku ya?” Katanya sambil mengelus pipiku. Tiba-tiba airmata meluncur turun dari mataku, ”Tapi sekarang anak kita sudah kugugurkan, kau-- sudahlah, aku sudah melupakanmu, kau cepatlah pergi,” Kataku sambil membuka pintunya dan mengambil belanjaanku dengan susah payah dan berjalan menjauh. Junsu menarik tanganku dan menatapku tajam dan langsung mendekapku, menyurukkan kepalaku di dada bidangnya. Kujatuhkan semua belanjaanku. Aku meronta, mencoba melepas dekapannya. ”Jangan dilepaskan, Hyun. Kumohon. Aku merindukanmu,” Katanya sambil mengeratkan dekapannya.

”Tapi aku sudah melupakanmu, tolong lepaskan aku,” Kataku sinis. Ia pun melepaskan dekapannya. Akupun segera memungut belanjaanku dan berjalan menjauhinya. Syukurlah ia tidak mengikutiku.

---o0o---

Sejak hari itu Junsu tak pernah lagi menemuiku. Huh, aku bisa bernapas lega jika seperti ini. Mungkin Junsu sudah sangat putus asa. Hahaha. Aku bersorak dalam hati. Saat tiba-tiba ponselku berbunyi, aku membuka flip ponselku dan melihat siapa yang mengirim sms. Ternyata nomor tak dikenal, segera kubaca isi smsnya.

”Hyun, maaf tadi tidak mengejarmu dan tidak mengantarmu pulang. Aku ada meeting mendadak. Dan maaf beberapa hari ini aku tak bisa menemuimu, masih banyak yang harus kuurus. Maaf ya. Aku mencintaimu,”

---o0o---

-my sister creat-

0 komentar: